Jumat, 04 April 2008

Lingkungan

Hmm… Lingkungan klo mbicarain tentang lingkungan pasti tiap – tiap orang mempunyai pikiran yang berbeda – beda, ada lingkungan hidup, lingkungan sekitar, n lingkungan RT/RW (wkwkwkwk…. Klo yang ini pasti jayus, bakal diolok – olok lagi ma cowokku... )

Di kuliah hari ini aku dapetin pokok bahasan yang menurut aku menarik, sebenernya ini masuk kedalam pokok bahasan yang berbeda – beda tapi untuk lengakapnya aku tulisin aja apa sih yang hari ini aku terima, smoga bisa jadi bahan masukan or paling g bahan buat dibaca n dilihat – lihat pas lagi nganggur hehehehe…

Tentang hal – hal yang menurut ku menarik di Indonesia, mengenai pertanian, yang sekarang oleh pemerintah dan para pengusaha ditekan dan lama – kelamaan akan terhapus, memang indikasi adanya penghapusan pertanian dan penekanan pihak – pihak yang berkuasa oleh petani ini ada di Negara – negara berkembang, Negara dunia ketiga yaitu ciri – ciri Negara Neo Kapitalism.

Pada saat Indonesia telah merdeka, tahun 1960, pemerentah menititik beratkan pada kemakmuran rakyat, dan tanak kosong yang dulunya ditempati pihak asing, dan tuan – tuan tanah yang mempunyai banyak tanah garapan diberikan batasan – batasan yang diatu di dalam UUPA, yaitu batas kepemilikannya dibatasi sebanyak 5 hektar saja, setiap kepala – kepala keluarga, agar tidak terjadi banyak tanah – tanah kosong dan petani tetap miskin. Sehingga muncullah pasal – pasal mengenai Land Reform yaitu pasal 7, 17, 10, 24. Land Reform adalah perombakan penguaasaan tanah, yang dulunya tanah itu adalah milik asing sekarang milik pemerintah, dan tuan tanah yang tanah nya banyak diserahkan kepada pemerintah, perombakan oleh apa? Oleh pemerintah, untuk apa? Agar petani – petani yang miskin meningkat kesejateraannya, karena petani sebagian besar miskin karena dulunya bekerja dengan membayar sebagian dari hasil panen, dan lalu petani tidak diwajibkan membayar sebagian hasil panennya, tetapi dengan tanam paksa ( yaitu hanya dapat menanam rempah – rempah, yang hasilnya nanti nya akan dieksport ) jadi petani bersusah payah menanam, akan tetapi tidak dapat menikmati hasil dari keringatnya.
Aturan ini efektif tetapi tidak dilaksanakan.

Lalu dari situ muncul pertanyaan, apakah itu berhasil? Tidak teman – teman, kenapa? Karena pada saat itu Indonesia telah dilanda kemelut politik, yaitu adanya gerakan G30S/PKI, sehingga akhirnya aturan dan program yang dilaksanakan pemerintah tidak dapat bejalan.

Setelah pemerintahan pada waktu itu tumbang, Bapak Ir. Soekarno digantikan oleh H.M. Soeharto, peraturan UUPA ini di peti – eskan, apa sih di peti es kan itu ? maksudnya adalah perturan tersebut dicabut tidak, tapi di pakai juga tidak. Pada saat itu mantan Presiden Soeharto menggalakan rencana yang bagus yaitu REPELITA , sesuai dengan basic Bapak Mantan Presiden Soeharto yang dulunya adalah petani. Program ini berjalan dengan baik, sampai indonesia sampai kedalam tahap swasembada pangan, tetapi ini hanya bertahan selama 3 tahun yang setelah itu ( pada akhirnya import lagee.. ª fiuuhhh.. maw makmur aja lha kok repot, y tho.... ). Negara ini lagi – lagi tidak dapat memberikan perlindungan dan keadilan kepada para petani – petaninya, padahal mereka hanya rakyat kecil yang bisa memberi kita makan ( y klo g ada nasi, jagung, sayur – sayur gmana kita makan thoo... :)), padahal makan ma nasi ma kecap n krupuk aja masih perlu nanam, kenapa ga bisa memberikan perlindungan lebih kepada tiap – tipa petani. Di Belanda, Amerika, Cina, dan Muangthai mereka memberikan perlindungan kepada petaninya, tidak seperti di Indonesia yang menurut para masyarakat kita ” profesi yang tidak keren dan tidak menjanjikan ”, disana para petaninya menempati posisi yang dihargai oleh masyarakatnya, dan petani itu makmur ( bukankah begitu seharusnya, tiap hari kita makan, tiap hari perlu makanan, petani seharusnya kaya ), sekarang para pengusaha yang punya supernarket, yang menjual barang – barang keperluan sehari – hari aja kaya raya, masa c petani yang menanam padi untuk kita makan terus menerus ( barang komonditi yang udah pasti laku karena selalu siperlukan dan digunakan terus – terusan ) tetap miskin aja, berarti ada yang salah pada aturan – aturan maen dan strukturnya kan.

Para pengusaha seharusnya lebih memikirkan negara, dan jangan mementingan dirinya sendiri – sendiri, menurut mereka apa yang tersisa di negara ini, yang katanya seeh makmur dan kaya raya jika tidak ada yang menjaga kekayaan alamnya, apa yang akan kita tinggalkan untuk generasi – generasi yang akan datang, kita mau kasih mereka apa ? apa dampak dari pencemaaran dan polusi yang kita lakukan saat ini, ataukah dampak dari global warming, atau negara miskin akibat harus mengimport beras terus – menerus karena sudah tidak ada petani , banjir, tanah longsor karena penebangan hutan, bukannkah negara yang pintar adalah yang mempunyai pikiran maju kedepan, bagaimana negara ini kedepannya kitalah yang menentukan.

Tidak ada komentar: